Pemain Pengeroyok Wasit Tak Bisa Tidur Pulas, PSSI: Hukum Berat Penganiaya Romi Daeng Dewa

wasit 444444
Wasit pertandingan sepakbola, Romi Daeng Dewa harus diperban kepalanya setelah menjadi sasaran kemarahan pemain dan ofisial PS Nene Mallomo. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Pentas Liga 3 kembali menyuguhkan berita memilukan. Belum hilang ingatan publik atas insiden yang menimpa kiper Tornado FC Taufik Ramsyah, kali ini giliran wasit Romi Daeng Dewa yang viral.

Wasit yang memimpin laga Gasma Enrekang melawan PS Nene Mallomo Sidrap di final Liga 3 Sulawesi Selatan di Stadion Bumi Massenrempulu, Enrekang, terpaksa dilarikan ke rumah sakit, dan dirawat intensif, Minggu (26/12/2021).

Romi harus menerima sepuluh jahitan setelah menjadi sasaran kebrutalan pemain Nene Mallomo. Tak hanya memukul, sejumlah pemain yang mengeroyok juga menendang Romi hingga tersungkur, Jumat (24/12).

Kasus tersebut langsung mendapat perhatian serius dari PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB). Pemain yang mengeroyok dan menghajar Romi juga tak akan bisa tidur pulas.

Pasalnya, mereka mungkin tak hanya mendapat sanksi dari Komdis Asprov PSSI Sulsel. Tapi juga bakal berurusan dengan aparat penegak hukum. Sebab, PSSI akan melaporkan tindakan brutal para pemain itu ke pihak kepolisian. Romi juga telah melaporkan kasus yang menimpanya ke Polres Enrekang.

”Ini perbuatan yang tidak bisa ditoleransi lagi. Selain akan mendapat hukuman dari Komite Disiplin (Komdis) Asprov (PSSI) Sulawesi Selatan, pemain yang terlibat memukuli wasit akan dilaporkan ke kepolisian untuk diproses sesuai aturan yang berlaku,” kata Sekjen PSSI Yunus Nusi seperti dikutip situs resmi PSSI.

Yunus juga berharap Komdis PSSI Sulsel menghukum seberat-beratnya semua yang terlibat dalam insiden tersebut. Apakah itu pemain, klub, maupun ofisial. Sebab, selain tidak pantas, tindakan pemain tersebut mencederai sportivitas di lapangan.

”Hukum seberat-beratnya. Kelakuan pemain seperti itu tidak pantas dilakukan. Dengan hukuman berat, akan menjadi efek jera bagi siapa pun pemain untuk tidak mencoba melakukan hal yang sama,” tandasnya.

Dirut PT LIB Akhmad Hadian Lukita juga ikut bersuara. Secara pribadi dia sangat prihatin dengan kejadian-kejadian yang ada. ”Harusnya yang melakukan tindakan brutal dihukum berat. Kalau bisa, tidak bisa main seumur hidup,” bebernya. Liga 3 diselenggarakan independen oleh asprov di masing-masing wilayah. Sedangkan LIB hanya mengurusi Liga 1 dan Liga 2.

”Tetapi, PSSI pusat pasti memantau dan sangat perhatian terhadap kejadian-kejadian tersebut. Dan yang saya tahu dari media, PSSI akan melakukan tindakan agar hal-hal tersebut tidak terulang,” ungkapnya.

Upaya untuk menghukum berat oknum penganiaya wasit mendapat dukungan banyak pihak. Salah satunya dari Exco Asprov Riau Bidang Kompetisi Liga 3 Riau Rudy Sinaga. Rudy menuturkan, kejadian Taufik Ramsyah yang meninggal setelah membela Tornado FC versus Wahana FC seharusnya bisa menjadi pembelajaran.

Sebab, selain kecelakaan, juga ada keteledoran dari pemain yang terlalu ngotot dalam perebutan bola. ”Tindakan-tindakan yang membahayakan kami pikir secara nasional harus dievaluasi,” saran Rudy.

Dalam pandangannya, ketika melihat tayangan ulang, pemain begitu ngotot sampai tidak memikirkan risiko dan faktor keselamatan.

”Bukan untuk mencederai, tapi ngotot sehingga menghilangkan risiko kalau tabrakan bagaimana. Itu yang masih kurang dalam pemahamannya. Mungkin karena di Liga 3, kurang profesional juga. Kurang memikirkan efek dari tindakan,” paparnya. (305/snc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.