Kakao, Potensi Pertanian yang Terabaikan di Matim

panen kakao
Panen kakao yang sebagian berkualitas buruk karena terserang hama. (rob) 

BORONG | patrolipost.com – Sistem pertanian yang masih bergantung pada kebaikan alam masih marak diterapkan di Heso, Desa Golo Wune, Lambaleda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.  Karena ketergantungan pada alam, tanaman tertentu seperti kakao yang terserang hama pun dibiarkan begitu saja tanpa dicarikan solusi agar kualitas buahnya tetap bagus.

“Kakao ini kelihatan banyak karena belum dibelah untuk diambil biji-bijinya. Bisa dipastikan hanya setengahnya saja yang berkualitas baik. Selebihnya tidak bisa diolah menjadi uang,” kata Rofel Rambas, seorang petani muda yang sedang memanen kakao di kebunnya di Heso, Senin (13/12/2021).

Bacaan Lainnya

Menurut Rofel, dulunya panenan kakao cukup banyak dan tidak terserang hama saat buahnya menjelang matang. Namun seiring perjalanan waktu, serangan hama pada buah kakao pun semakin menjadi-jadi. Pada hal, tanaman kakao sangat membantu saat bulan-bulan tertentu dimana hampir semua petani kesulitan keuangan.

“Tanaman kakao biasanya berbuah hampir tidak kenal waktu. Itu sangat membantu saat bulan-bulan yang sulit bagi petani. Bulan Desember sampai Maret, bahkan sampai Mei adalah bulan-bulan bagi petani sangat jarang berjumpa dengan uang,” tuturnya.

Namun lanjut Rofel, minat petani di Heso sudah menurun pada tanaman kakao dan justru berlomba-lomba menanam cengkeh yang dinilai cukup menjanjikan.

“Para petani di sini lebih berminat pada tanaman cengkeh. Hal ini karena harga perkilo buah cengkeh kering cukup mahal dibanding tanaman lainnya. Namun ada baiknya jika semua tanaman perdagangan yang berpotensi membantu perekonomian dimaksimalkan semua, sehingga di saat kesulitan uang, masih ada tanaman lain seperti kakao yang bisa dipanen,” tandasnya.  (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.