Tantangan dan Rekomendasi Bank Indonesia Dalam Membangun Perekonomian Bali ke Depan

2021 11 25 07 18 05 096
2021 11 25 07 18 05 096

Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 di Nusa Dua, Badung.

 

Bacaan Lainnya

 

BADUNG | patrolipost.com – Seiring melandainya kasus Covid-19 di Bali, Hingga akhir tahun 2021, kestabilan harga dipastikan tetap terjaga dengan laju inflasi berada di bawah kisaran target inflasi nasional yaitu 3% + 1% (yoy). Kedepan kondisi kestabilan harga akan sedikit tertekan. Pada tahun 2022, inflasi Provinsi Bali diperkirakan berada pada kisaran target inflasi nasional 3% + 1% (yoy), utamanya didorong oleh meningkatnya aktivitas pariwisata, normalisasi harga tiket angkutan udara, potensi peningkatan cukai rokok, serta peningkatan UMP dan biaya sekolah.

Tantangan Bali dalam jangka pendek, pemulihan perekonomian Bali masih tergantung pada kedatangan wisatawan ke Bali dengan tantangan berupa : (1) Kenaikan kasus Covid-19 global dan kebijakan pembatasan mobilitas. (2) Kebijakan restriksi beberapa negara pasar utama wisman Bali. (3) Travel demand/Level of confidence to travel yang masih terbatas

Sementara itu jika bicara mengenai pemulihan ekonomi Bali dalam jangka panjang, berarti bukan hanya sektor pariwisata saja melainkan juga sektor lainnya seperti pertanian, industri, pertambangan dan lain lain. Jadi, tantangan jangka panjang adalah bagaimana mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata dengan melakukan diversifikasi ke sektor lainnya. Di sisi lain, tantangan di sektor pariwisata ke depan adalah bagaimana mengembangkan pariwisata Bali menjadi pariwisata berkualitas (quality tourism). Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2021 dengan tajuk “Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi” di Nusa Dua, Badung, Rabu (24/11/2021).

Bank Indonesia mencatat, dalam mengatasi tantangan jangka pendek yaitu terkait penurunan kondisi ekonomi dampak pandemi Covid-19, beberapa hal yang dapat dilakukan yakni: Pertama, mencari pasar wisman potensial, antara lain dengan (a). direct flight dari negara potensial namun aman (memperhatikan kasus konfirmasi, positivity rate, dan varian baru, (b). kemudahan visa, dan (c). memperpendek karantina. Kedua, sejalan dengan pelonggaran level PPKM, perlu diimplementasikan kembali program Work From Bali. Selain itu, juga perlu didorong event MICE (baik dari domestik maupun internasional) dan Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia. Ketiga, kita perlu terus memperluas implementasi protokol kesehatan termasuk program sertifikasi CHSE untuk meningkatkan confidence to travel ke Bali. Keempat, mendorong digitalisasi dan on boarding UMKM. Implementasinya antara lain dilakukan dengan gerakan bangga buatan Indonesia (GBBI), mendorong pemanfatan QRIS, serta mendorong pemanfaatan program PEN (restrukturisasi kredit, penjaminan kredit).

Kemudian, dalam mengatasi tantangan jangka menengah panjang, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah: Pertama, mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui diversifikasi ekonomi. Salah satu sektor potensial adalah sektor pertanian. Bali memiliki banyak komoditas pertanian unggulan, termasuk kopi dan kakao.

“Untuk mendorong sektor pertanian tersebut, perlu diterapkan digitalisasi yaitu pengembangan sektor hulu melalui pemanfaatan internet of thing, maupun pengembangan sektor hilir dengan pemanfaatan e-commerce,” sebutnya.

Kedua, mendorong sektor ekonomi kreatif. Potensi ekonomi Bali di bidang industri kreatif antara lain pada sub sektor kriya dan fesyen.

“Namun demikian, masih terdapat sejumlah tantangan terkait pemasaran yang belum optimal serta tingkat persaingan produk yang tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan kompetensi, pengembangan produk dan digitalisasi marketing,” ungkap Trisno Nugroho.

Sedangkan yang ketiga, mendorong sektor pendidikan. Bali sangat berpotensi untuk dijadikan lokasi pendidikan internasional. Data UNESCO menunjukkan tren peningkatan outbound pelajar internasional global dalam 5 tahun terakhir. Pengembangan sektor pendidikan di Bali dapat didorong melalui pembukaan International Branch Campuses (IBCs) sehingga menarik siswa untuk menempuh pendidikan di Bali. Keempat, mendorong quality tourism.

“Kita perlu mengakselerasi pengembangan pariwisata Bali untuk health tourism, maritime tourism hub, desa wisata, MICE dan wisata alam,” imbuhnya.

Sedangkan dari tempat yang sama Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra selaras dengan apa yang disampaikan Trisno Nugroho juga mengatakan, secara perlahan perekonomian Bali di tahun 2021 sudah mengalami pergerakan naik, meskipun sempat mengalami kontraksi.

“Momentum gerak naik ini harus dijaga. Artinya momentum di masa pandemi Covid -19 harus dijaga landai seperti sekarang demi keberlanjutan ekonomi di tahun 2022 mendatang,” katanya.

Ia berasumsi dengan melandainya Covid-19 akan menjadi tolok ukur berkelanjutannya pertumbuhan ekonomi Bali yang 50 persen lebih disumbang dari sektor pariwisata.

“Sektor pariwisata tidak akan bertumbuh jika Covidnya masih tinggi,” ucapnya seraya mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga Covid-19 untuk bisa ditekan lagi.

Ia juga menyampaikan kebijakan pembangunan ekonomi Bali ke depannya akan lebih banyak berpihak kepada masyarakat.  Pemerintah juga akan menggunakan instrumen APBD, tidak hanya berfokus pada instrumen publik semata.

“Meskipun pemerintah mengalami defisit satu triliun lebih, tapi ini dalam rangka mendorong perekonomian,” tukasnya. Sehingga harapannya perekonomian Bali secara perlahan mulai bangkit. (wie)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.